membiarkan...

diri dalam kubangan luka semalam...
meski tanpa setetespun air mata...
kusebutkan do'a...

agar kau berlalu dalam ketenangan..
membiarkan ku sendiri memunguti kepingan sisi hati
yang terbawa beberapa bersamamu..
membenahi selimut hati yang tercabik ini...
menyatukan kembali bagian-bagian yang terlempar..
karena kebencianku...
yang bercampur birunya pemakluman..
yang aku tak tahu bedanya..
antara rasa dan logika...

setelah kau berkelana, menemukan bunga yang indah
burung cantik, pepohonan yang rindang,
telaga yang berair manis, rerumputan lembut menggoda...
kau kembali ke gubuk ini,
bertemu penunggu rumah yang akan selalu menyambutmu...
dengan segala penerimaannya..
memberikan segala yang bisa kau pinta dengan sisa suaramu
yang telah kauhabiskan bersama burung cantik...

meskipun sang penunggu tak pernah tahu,
mengapa dia tetap bersedia melakukan itu,
padahal rimba dan padang yang luas juga menantinya...
dia masih saja di gubuk itu, menantimu pengelana..
hanya untuk memberikan semua waktunya untukmu...
menerimamu kembali pulang...

meskipun tak setiap kali kau pulang...

dan dia menunggu harapannya sendiri dalam gelap malam berteman hatinya yang luka...


*aku ingin kau membaca ini dan memahaminya....*

Comments (0)

Post a Comment