Well,

0

Well, it seems to me that the best relationships~~

the one that last,

are frequently the ones that are rooted in friendship...

You know,

one day you look at the person and you see something more than you did night before.

Like a switch has been flicked somewhere.

And the person who was just a friend is....

...suddenly the only person you can ever imagine yourself with.

Film dan Makan

0

Labels:

Matahari sudah mulai menyengat, ketika Aleya membuka matanya untuk pertama kalinya hari ini. Nah bagus, aku kelewat lagi sholat Shubuh matilah aku hari ini , gerutunya ketika melihat jam dinding menunjukkan pukul 07.00 WIB. Persiapannya pagi itu, sama seperti hari-hari sebelumnya, kilat untuk ukuran seorang gadis. Dua puluh menit kemudian dia sudah menaiki sepedanya menuju tempat kerjanya.

Udah kesiangan tetep aja yang pertama sampe kantor, ampun dah , gumamnya sembari mengambil kursinya dan mulai menyalakan komputer, dia bekerja sebagai operator bagian administrasi di balaikota. Tugasnya menginputkan data yang ada ke dalam sebuah sistem yang mendukung digitalisasi data masyarakat.
"Hai Le ", sapa kak Winda, teman sedivisinya.
"Ya kak, baru datang?", jawab Aleya, yang biasa dipanggil Ale, atau Le saja.
"Ga, udah dari tadi, sarapan dulu di depan. Kamu dah sarapan Le?", jawab Winda sambil menarik kursinya.
"Belum kak, ga sempat tadi, bangunnya aja kesiangan lagi", jawab Aleya tanpa memalingkan wajahnya dari layar komputer.
"Begadang melulu sih, pulang jam berapa semalam?"
"Jam setengah satu juga udah balik,hehe, masih kebawa kak kebiasaan main"
"Jangan dibiasain, kasian badanmu, butuh istirahat juga"
"Iya kak. Maunya juga gitu, tapi sayang, sering khilaf hahaha".
"Asal jangan keseringan aja, Le"
"Diusahakan Bu"
"Sembarangan! aku bukan ibumu" . BUK!, dan melayanglah satu map data ke pundak Aleya.

Hari itu berjalan seperti biasanya,
"Kak, balik dulu ya", pamit Ale sembari mencangklong tasnya.

"Iya, aku juga bentar lagi kok, tinggal dikit ni", sahut Winda.
"Okelah Nona Cantik, aku mau balik dulu, udah ada janji Cau!", Ale bergegaspergi ke parkiran, dan mengayuh sepedanya pulang ke kosnya. Sesampai di kos, diparkirnya sepedanya di teras, kemudian ke kamarnya.

Ponselnya berdering, satu pesan baru
"Aku sejam lagi nyampe", pesan singkat dari Fiza,teman kuliahnya, yang masih tinggal di kota ini.
"Lammmaa. Tak tinggal tidur dulu,ntar ketok pintunya aja. Capek". Sms Terkirim. Ale merebahkan dirinya di kasur dan langsung terlelap. Mengayuh sepeda 20menit dari kantor ke kosnya cukup melelahkan memang, tapi itu juga yang membuatnya tetap sehat, jadi bisa main sesuka hatinya, dan jarang sakit.
"Bangun!! Kebiasaan nih tidur sore", Fiza membangunkan Ale.

"Berisik, ada apa sih? Kebakaran? Kemalingan?", Ale dengan bandel masih memejamkan matanya.
"Jadi jalan ke Malioboro ga ni?Kalo ga, aku balik aja", mendengar ultimatum itu, Ale langsung duduk dan menyadar-nyadarkan dirinya.
"Iya iya jadi kan udah janjian.. ", kata Ale sok sadar, padahal sebenarnya masih mengantuk. "Udah jam segini, Maghrib dulu sekalian ya, kamu mandi sana. Pantesan ga laku-laku, cewek kok jam segini belum mandi, masih tidur.. ", Fiza mengomel panjang lebar, sedangkan Ale sudah masuk kamar mandi. Setengah jam kemudian, mereka sudah siap berangkat.
Tok tok tok!. Ada yang mengetuk pintu depan, Ale seperti biasa, meskipun kamarnya paling dekat dengan pintu depan, paling malas kalau harus membukakan pintu, dan dia diam saja di kamarnya, meskipun pintu kamarnya terbuka. Tara, yang kamarnya bersebelahan dengan Ale lah yang membuka pintu. Terdengar langkah tergesa Tara membuka pintu. Ale tetap saja berbicara dengan Fiza, "Itu Hanan, Le", kata Fiza sambil melongok sedikit ke pintu
"Hanan? Ngapain? Eh, biarin aja, pura-pura ga ngeliat. Paling nyari Tara, kalo nyari aku pasti udah sms dulu, biarin.", Ale menjawab dengan ketus.
Fiza hanya mengerutkan kening. Terdengar suara motor menjauh. Hanan pergi dengan Tara.

Ah, biarlah. Itu urusan mereka.

"Udah pergi tu mereka, yuk berangkat", ajak Ale.
"Ngapain harus nungguin mereka pergi sih, Le?", tanya Fiza tak mengerti, kenapa tadi Ale menunda keberangkatan mereka sampai Hanan
dan Tara pergi.
"Ya biar mereka pikir kita ga tau mereka pergi, dudul..", jawab Ale. "Iya, tapi kenapa?", penasaran Fiza.
"Iseng aja, udah ah, ayo berangkat. Nanti kemalaman kamu ga bisa masuk kosmu", Ale mengakhiri pertanyaan Fiza dengan tidak jelas. Sesampai di Malioboro,
"Mau cari apa sih, Le?"
"Apa ya, bingung Za.", Ale juga heran, tadi rasanya banyak sekali yang ingin dia beli, dari kaos Dagadu pinggir jalan, liat sepatu sampai beli es krim. Tapi sesampainya di sini, dia malah bingung.
"Nah, bagus deh. Udah jauh-jauh akhirnya kita cuma jalan-jalan aja ni?", Fiza jengkel melihat kelakuan Ale yang membingungkan.
"Ya, nanti kalo ada yang dipengenin ya beli aja, kan gampang.", dengan cueknya Ale berlalu.
Satu jam berjalan mereka sudah kecapaian dan Ale sudah ribut ingin pulang.
"Za, pulang yuk. Ga dapet apa-apa ni, ga pa pa kan?"
"Ya udah, udah malem juga, balik aja."

Sesampainya di kos, Ale menyalakan komputer dan memutar lagu-lagu kesukaannya, untuk menemaninya bersiap tidur, dan seperti biasanya, dia tergoda main game dulu. Terdengar suara orang masuk,
"Ale! Lagi ngapain?", ternyata Cita yang datang.
"Nge-game Cit, baru datang?", tanya Ale tanpa menoleh dari layar komputernya.
"Iya, barusan aja. Ale nge-game terus ya, aku banyak tugas ni belum bikin proposal buat . bla
bla bla", Cita langsung duduk di kamar Ale, dan sibuk sendiri bercerita. Ale mendengarkan dan membagi konsentrasi dengan game-nya.
"Tara ke mana, Le?"
"Di kamarnya mungkin, aku ga tau"
"Di kos ada siapa aja?:
"Aku sama Wida, tapi udah tepar kayaknya dari tadi. Syifa belum balik, Nira mudik kan udah seminggu, kalo Tara belum ngecek sih, mungkin ada di kamarnya"
"Bentar deh tak liatin dulu, sekalian naruh tas ku, aku numpang ngerjain tugas di sini ya, Le?"
"Iya situ, terserah". Jawab Aleya. Ale sudah lupa acaranya untuk tidur, karena belum mengantuk, mungkin karena tadi sore dia juga sudah tidur.

Cita beranjak ke kamarnya. "Tara.. ", terdengar pintu kamar Tara dibuka, tapi tak ada jawaban.

"Tara ga ada di kamarnya, Le.
Ke mana ya? ". Cita kembali masuk ke kamar Ale dan duduk di belakang Ale.
"Kurang tau Cit, aku ga tau, ga merhatiin juga", bohong Ale.
"Oo, ya nanti lah kalo udah datang ditanyain aja. Itu pasangannya di bawah, Le. Buruan, waktunya udah mau habis tuh" , Cita sibuk sendiri memberi aba-aba kepada Ale untuk bermain gamenya.
"Katanya mau ngerjain tugas? Malah jadi suporter di sini. Sana buruan kerjain!", Ale mulai tidak nyaman permainannya direcoki.
"Iya, ni juga udah siap kok. Gitu aja sewot. Hahahaha". Cita beranjak mundur dan mencari posisi yang nyaman untuk mengerjakan tugasnya. Ale, seperti tadi, melanjutkan permainannya.

Kos yang ditempati Ale hanya berisi enam orang. Tara, Cita dan Syifa yang satu kampus. Nira, Ale dan Wida yang berbeda-beda kampus dan beda jurusan. Karena hanya sedikit penghuninya makanya rumah kos ini terasa seperti rumah, mereka saling kenal dekat satu sama lain.

Terdengar suara pintu dikunci, entah siapa yang masuk. Ale tetap tak teralihkan dari game-nya. Dia merasa aneh dengan dirinya, mendadak mood nya memburuk, tanpa tahu sebabnya dia marah, dan tidak tahu pada siapa.
"Hai, Le", ternyata Tara.
"Hai Ra, darimana kamu?", Cita yang lebih dulu mengajukan pertanyaan.
"Hai Ra", Ale menjawab tanpa menoleh.
"Ga dari mana-mana", jawab Tara pada Cita.
Ale merasa ada yang bergejolak di perutnya.
Aneh.
Pikir Ale sebentar, tapi lalu berpikir bagaimana memenangkan game-nya lagi.
"Ga mungkin, orang dicariin dari tadi, kamu ga ada di kamarmu", Cita memaksa untuk mendapat jawaban. Tapi Tara tak menjawab. "Eh, aku tidur dulu ya", pamit Tara pada Ale dan Cita.
"Ya", Ale cuma menjawab singkat. Cita masih sibuk dengan tugasnya. Mood Ale semakin memburuk, dia tak bisa sekalipun memenangkan game yang dimainkannya meskipun sudah di restart -game beberapa kali. Bosan. Tanpa mematikan komputernya, Ale langsung saja tidur di kasurnya,tak peduli dengan Cita yang masih sibuk mengerjakan tugas di kamarnya.

Hanan!

***

Di kantor ,
Hanan : Le, Bian ngajak nonton
Ale : Filmnya? Kapan?

Hanan : RE: Afterlife, belum tau, harus antri dulu kan siangnya. Nanti malem ketemuan bareng, trus dibahas aja. Di tempat biasa.
Ale : Aku bisanya jam 7 lebih.
Hanan : Oke, ajak yang lain ya.
Ale : Pastiin dulu kapan nya, baru publish.
Hanan : Okelah. Terserah kamu.

Malamnya, Ale datang ke tempat kumpul mereka seperti biasa. Di sinilah biasanya Ale begadang sampai lewat tengah malam.
"Mana yang lain?", tanya Bian begitu Ale sampai.
"Emang siapa aja?", tanya Ale sembari mengambil menu.
"Hanan sama Dono..."
"Doni", ralat Ale. Bian memang suka memanggil nama temannya sesukanya. Jika sedang iseng, terkadang Aleya dipanggil Alien.
"Bentar lagi juga nyampe, tenang aja. Pram, pesen cappuccino satu ya", ujar Aleya pada Pram, salah satu teman Ale, yang bekerja di tempat itu.
"Yup", jawab Pram sambil mengambil menu di meja Ale.
Selang sebentar Hanan datang. Ale merasa ada yang tidak benar, dia kehilangan selera nontonnya, dan selera apa pun. Ale merasa marah lagi, kali ini kepada Hanan. Jelas padanya, hanya saja Ale belum menemukan alasan yang tepat mengapa dia marah dan kecewa.
"Gimana?, udah tau mau nonton kapan?", Hanan datang dan mengambil tempat duduk di sebelah Ale.
"Besok, yang jam 18:30 WIB. Tapi kalo ambil yang jam itu berarti harus antri dari siang. Siapa aja yang mau ikut?", Aleya bertanya pada Hanan, tanpa melihatnya.
"Udah ada 4 orang yang jelas," jawab Hanan.
"Ada yang mastiin ke kamu ga Bi?", tanya Ale ke Bian.
"Ada satu, berarti besok ada 8 orang."
"Yang antri siapa? Bukan aku dong, kan ga bisa. Hanan aja", kata Ale tegas.
"Okelah, bisa. Besok minta temen tapi", jawab Hanan.
"Aku ga bisa juga, ajak dari kelima orang yang lain aja, siapa tau bisa", kata Bian.

"Iyalah, nanti aku sms in. Kamu kenapa, Le? Tumben diem aja, biasanya udah berisik", tanya Hanan pada Ale
"Ga pa pa", Ale tiba-tiba saja sangat tertarik pada meja, pandangannya tak lepas dari meja. "Kerjaan numpuk? Kena marah bos? Kena deadline besok?", Hanan terus bertanya
"Ga pa pa", jawaban Ale sama, dan ketertarikannya pada meja, sepertinya belum berkurang. Ale hanya takut, jika dia melihat Hanan, akan terlihat kilat kemarahan di matanya yang akan terbaca oleh Hanan.
***

Bulan itu...

0

Semalam di dalam mimpi, di pinggir sawah,
Kulihat bulan begitu besar...sangat besar..
Ternyata dia mendekat ke bumi...
Dekat, sangat dekat...
Dan aku bahagia..entah kenapa..sangat bahagia..

Kuambil kamera dan mengabadikannya...
tapi tak bisa...
Cahaya bulan begitu terang...tak mampu terekam..

Bulan mengecil..dia pergi...dia menjauh...
Sampai seukuran normal...
Kini siapa saja melihatnya sama..
Tak terkecuali aku,
meskipun aku pernah melihatnya begitu dekat denganku...

4 Sept '09

Engkau lebih tahu..

0

Aku tidak akan bertanya padamu Tuhan...
Karena Engkau lebih tahu,

Sudah kukatakan yang kuminta..
Dan Kau pun tahu yang tak ku ucap..

Sekarang giliranMu..
Memutuskan, mengiyatidakkan permintaanku,.

Aku tidak akan bertanya kenapa Kau putuskan begitu...
Karena Engkau lebih tahu.

4 Sept '09

Sekali

0

hanya akan sekali kukatakan padamu
dengarkan...
perhatikan...
pertimbangkan...
karena tak akan kuulang lagi...

sejujurnya aku hanya ingin tahu juga isi hatimu..
yang kau sebut jawaban atas pernyataanku..

aku tidak akan mengatakannya lagi..

apa yang akan kulakukan setelah ini..
semua tergantung isi hatimu..
akankah begini atau begitu..
dan kau hanya akan melihat satu..

sudah kan?
aku sudah mengatakannya...
jika kau belum menemukannya..
tanyakan pada hatimu..
mengapa kutulis ini untukmu...

3 Sept '09

I'm Down Deeper

0

Aku ga tegar...

Aku ditinggalkan lagi..dan kali ini lebih mengejutkan.
Aku ditinggalkan sendiri..

Aku ditinggalkan dalam badai...
Terhempas...melenting dan aku jatuh..

Aku menangis..
menangisi pertemuan..
menangisi setiap kejadian..
setiap tawa..
setiap tanya..
setiap nada..

rumah yang indah dengan dua pilar..
dan aku tenang di berteduh di bawahnya...
kini kehilangan segalanya...

dan seperti sebelumnya...
aku berjalan sendiri...

s e n d i r i

7 August '09

Dulu

0

dulu ada yang.......
menenangkanku kalau aku sedang rusuh begini
melindungi hatiku dari goyahnya seperti ini
memberitahuku bahwa semua akan seperti biasa lagi
membuatku tertawa dan melupakan semua sementara
merangkulku dalam ketenangannya
membawaku ke dunianya yang bersih dari semua kekhawatiran
membantuku.......

hari ini.....
aku sendiri menghadapi ini.........

24 Juli '09