membiarkan...

0

diri dalam kubangan luka semalam...
meski tanpa setetespun air mata...
kusebutkan do'a...

agar kau berlalu dalam ketenangan..
membiarkan ku sendiri memunguti kepingan sisi hati
yang terbawa beberapa bersamamu..
membenahi selimut hati yang tercabik ini...
menyatukan kembali bagian-bagian yang terlempar..
karena kebencianku...
yang bercampur birunya pemakluman..
yang aku tak tahu bedanya..
antara rasa dan logika...

setelah kau berkelana, menemukan bunga yang indah
burung cantik, pepohonan yang rindang,
telaga yang berair manis, rerumputan lembut menggoda...
kau kembali ke gubuk ini,
bertemu penunggu rumah yang akan selalu menyambutmu...
dengan segala penerimaannya..
memberikan segala yang bisa kau pinta dengan sisa suaramu
yang telah kauhabiskan bersama burung cantik...

meskipun sang penunggu tak pernah tahu,
mengapa dia tetap bersedia melakukan itu,
padahal rimba dan padang yang luas juga menantinya...
dia masih saja di gubuk itu, menantimu pengelana..
hanya untuk memberikan semua waktunya untukmu...
menerimamu kembali pulang...

meskipun tak setiap kali kau pulang...

dan dia menunggu harapannya sendiri dalam gelap malam berteman hatinya yang luka...


*aku ingin kau membaca ini dan memahaminya....*

akhirnya

0

setelah berdarah-darah...*lebay*

setelah tergores-gores lagi,
melayang dan tersuruk...
melompat dan jatuh...
berdebam...sakit hingga lebam...

merah dan hitam tersisa...
menggumpal dalam darah...
tertelan malam dihela angin tipis mengiris..
terpuruk di sudut hati, tenggelam dalam mimpi..
hanya agar malam segera berlari,
biar segera diganti pagi..

dan berharap segalanya juga berganti..

biar kicau burung itu memenuhi telingaku
biar deru motor berkelebatan dimataku
biar langit yang luas mengisi kepalaku
biar angin lepas memenuhi paru-paruku...

asal bukan kamu.

ya kamu...

0

kamu...
yang belakangan ini mengisi malam-malamku...
yang menerbangkan jiwaku ke angkasa...
dan melesakkannya ke pusat bumi...

memutar bahagia di atas bukit hijau yang damai...
lalu terperosok ke jurang di tepiannya...

kamu...
yang menggoreskan luka dengan kata manismu...
menekan nafasku dengan kata rindumu...
melumpuhkanku dengan keinginanmu...

ya kamu...
setiap kata-katamu masuk ke dalam darahku,
mengalir sepanjang hidupku...

mestinya kau tahu itu..
kau punya kuasa atasku, tanpa kau tahu...
dan aku pun baru tahu...
bahwa aku belum berhenti mencintaimu....